(Bacakan Injilnya terlebih dahulu dari Injil Matius 13:1-23)
Adik-adik, siapa yang pernah menanam sesuatu? Beberapa tahun yang lalu kakak menanam sebuah pohon di halaman rumah. Waktu itu kakak pergi ke toko dan membeli benih. Kakak ingin menanam benih itu, tetapi kakak tidak sabar menunggu benih itu tumbuh menjadi sebuah pohon. Maka kakak pergi ke penjual tanaman dan membeli bibit tanaman yang masih kecil. Ketika kakak tiba di rumah, kakak pergi ke halaman belakang dan mulai menggali sebuah lubang untuk menanam benih itu. {enjual tanaman berpesan agar kakak menggali lubang yang cukup dalam, tetapi kakak tidak bisa menggali lubang sedalam yang ia katakan. Tanahnya terlalu keras. Kakak terus menggali saja sampai kelelahan, lalu menanam bibit pohon itu di dalamnya.
Ketika bibit tanaman itu tumbuh menjadi pohon, terjadi keanehan. Kerena tanahnya keras dan air tidak bisa meresap ke dalamnya, maka akar-akar pohon itu bukan tumbuh ke dalam tanah, tetapi muncul ke permukaan. Akhirnya, akar-akar itu malah benar-benar tumbuh di atas tanah. Akibatnya, karena tidak mempunyai akar yang tumbuh di tanah subur, pohon itu menjadi tidak kuat dan tidak sehat. Daun-daunnya berwarna keuning-kuningan dan cabang-cabangnya hanya mempunyai sedikit daun. Pohon itu tampak seperti pohon yang sudah mau mati.
Apakah salah dari pohon itu sendiri kalau akhirnya sampai sekarat? Bukan, itu bukan salah pohonnya. Apakah karena benihnya yang jelek? Bukan, itu juga bukan kesalahan benihnya. Apakah kesalahan tanahnya? Ya! Itu memang salah tanahnya. Tanahnya terlalu keras, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam. Jadi, sangat penting adanya tanah yang baik, jika kalian mengharapkan benih itu tumbuh semestinya.
Yesus berkata bahwa Sabda Allah itu seperti benih dan hati kita seperti tanah. Kadang-kadang waktu kita pergi ke Gereja, romo atau pastor membacakan Sabda Allah, tetapi kita tidak menaruh perhatian. Mungkin kita sedang memikirkan apa yang kita lakukan siang nanti atau apa yang telah kita lakukan kemarin. Kita mendengar apa yang disabdakan, tetapi tidak betul-betul mendengarkan. Itu seperti menyebarkan benih di pinggir jalan. Benih itu tidak akan bertumbuh.
Kadang-kadang kita mendengarkan Sabda-Nya dan percaya, tetapi kita terus menerus melakukan kesalahan yang sama. Itu seperti menyebarkan benih di antara semak belukar. Jadinya justru semak belukarnya yang tumbuh subur.
Ketika kita mendengarkan Sabda-Nya dan berusaha memahami serta mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari, kita seperti tanah yang baik. Kita seperti tanah yang membuat benih dapat tumbuh subur dan menghasilkan pohon yang indah serta buah berlimpah. Yesus menginginkan hati kita menjadi tanah yang subur. Tanah seperti apakah kalian?
Bahan kreatmivitas:
Print gambar pola kartu di bawah ini di kertas tebal berukuran A4, beri warna agar menarik kemudian lipat menjadi 2 (dua) bagian, lihat contoh jadinya
Print semua di bawah ini di kertas berukuran A4, beri warna agar menarik, gunting menjadi 2 (dua) bagian, kemudian tempel ke pola kartu di bagian atas, lihat contoh jadinya
Print gambar di bawah ini di kertas tebal berukuran A4, gunting sesuai pola, beri warna agar menarik kemudian tempelkan ke bagian atas kartu dengan menggunakan sedotan di bagian belakang gambar agar timbul efek 3 dimensi (3D), lihat contoh jadinya
Source:
Buku Aku Sahabat Yesus Tahun A oleh Kak Tan Mariam, DKK.
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/c4/66/17/c4661720c6a478c8f8f71d760d1673cd--bible-lessons-bible-crafts.jpg
Comments
Post a Comment